Sabtu, 05 Mei 2018

MAKALAH PERKEMBANGAN HEWAN

MAKALAH
PERKEMBANGAN HEWAN




DISUSUN OLEH
NAMA: Rodiyatul fili
NPM: 1503004
Prodi: Pendidikan Biologi





Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan
Tunas Palapa
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah  ini. Dan juga saya berterima kasih pada Ibu Hesti Wahyuningsih S.Pd, M.Pd  selaku Dosen mata kuliah perkembangan hewan yang telah memberikan tugas ini.
saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah saya  buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................................
Kata pengantar....................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
Pendahuluan........................................................................................................................
A.    Latar Belakang........................................................................................................
B.     Rumusan masalah....................................................................................................
C.     Tujuan .....................................................................................................................
Pembahasan.........................................................................................................................
D.    Pendekatan saintifik berbasis peta pikiran...............................................................
E.     Materi perkembangan hewan...................................................................................
F.      Cara meningkatkan motivasi mahasiswa pada mata kuliah
perkembangan hewan..............................................................................................
Penutup................................................................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................................................




PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pembelajaran berbasis peta pikiran, salah satu model dalam membelajarkan pebelajar dengan memanfaatkan citra visual, gambar, prasarana grafis, kata  untuk membentuk kesan (Buzan, 2003). Lebih lanjut Buzan (2003) mengatakan bahwa memanfaatkan gambar dan teks ketika seseorang mencatat atau mengeluarkan suatu ide yang ada di dalam pikiran merupakan pertanda bahwa seseorang telah menggunakan dua belahan otak secara sinergis; peta pikiran mengaktifkan secara seimbang belahan otak kanan (pola berpikir divergen) dan belahan otak kiri (pola berpikir konvergen).
oleh karena itu, pembelajaran berbasis peta pikiran harus diterapkan.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa saja pendekatan saintifik berbasis peta pikiran?
2.      Apa saja materi perkembangan hewan ?
3.      Bagaimana cara meningkatkan motivasi mahasiswa pada mata kuliah perkembangan hewan?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui apa saja pendekatan saintifik berbasis peta pikiran
2.      Mengetahui apa saja materi perkembangan hewan
3.      Mengetahui bagaimana cara meningkatkan motivasi mahasiswa pada mata kuliah perkembangan hewan


PEMBAHASAN
Model Pembelajaran Berbasis Peta Pikiran
A.    Model Pembelajaran Berbasis Peta Pikiran

Pembelajaran berbasis peta pikiran, merupakan representasi spasial konsep dan hubungan timbalbalik yang menggambarkan struktur pengetahuan (Adodo, 2013). Hasil penelitian Olufunke (2014) menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif pebelajar lebih tinggi dengan model pembelajaran peta pikiran daripada peta konsep (concept mapping). Selanjutnya, dikatakan bahwa membelajarkan si-belajar dengan menggunakan peta pikiran dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas berpikir si-belajar, memberikan semangat dan lebih menarik pada si-belajar, membantu si-belajar melihat makna materi pembelajaran secara komprehensif, belajar lebih efisien dan efektif, tidak menunjukkan fakta saja, tetapi menunjukkan konsep,  prinsip, dan prosedur.
Wehry, dkk. (2014) menemukan,  bahwa pembelajaran berbasis peta pikiran dapat meningkatkan kapabilitas dan keterampilan intelektual (kognitif) pebelajar dan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pebelajar dalam menulis karya ilmiah geografi manusia. Tooth dan Heather (2014) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran suatu materi sesuai dengan obyek materialnya, dapat dilakukan dalam kelas dengan berbagai pembelajaran, laboratorium artifisial, dan laboratorium alam melalui  pembelajaran studi lapangan. Dengan lingkungan pembelajaran terpadu diharapkan pebelajar memiliki kompetensi kognitif, afektif, yang selanjutnya pebelajar mampu menulis karya ilmiah secara kreatif; kondisi tersebut dapat terpola apabila pebelajar memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoo (2007) terhadap pengalaman beberapa lembaga pendidikan di Singapura dalam melaksanakan pembelajaran berbasis peta pikiran dapat disimpulkan berikut: (1) peta pikiran dapat menjadi suatu alternatif  pembelajaran, di samping pembelajaran konvensional yang dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran karena membantu mengorganisir informasi dengan baik, menyajikan informasi dan konsep yang penting atau inti saja; (2) peta pikiran dapat meningkatkan tingkat partisipasi pebelajar  dalam belajar karena suasana belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan, materi pembelajaran dapat disistimatisir ke dalam bentuk yang menarik,  mudah untuk dipahami dan diingat; (3) peta pikiran dapat membantu fasilitator  dalam menyampaikan materi pembelajarn secara lebih efektif dan efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar si-belajar; (4) peta pikiran dapat meringankan tugas si-belajar dan fasilitator dalam menyelesaikan seluruh materi pembelajaran  dalam waktu yang lebih singkat namun tidak mempengaruhi kualitasnya.
Pembelajaran peta pikiran (mind mapping), suatu pembelajaran konstruktivisme dimana si-belajar mengorganisasikan dan menyajikan fakta, konsep, prinsip,  prosedur, ide atau gagasan lainnya dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linier (Buzan, 2004).  Selanjutnya,  proses pembuatan sebuah peta pikiran secara step by step dapat dibagi menjadi empat langkah yang harus dilakukan secara berurutan yaitu: (1) menentukan topik sentral; untuk buku pelajaran topik sentral biasanya adalah judul buku atau judul bab yang akan dipelajari dan harus diletakkan ditengah kertas serta usahakan berbentuk image/gambar; (2) membuat basic ordering ideas (BOIs)untuk topik sentral yang telah dipilih, BOIs biasanya adalah judul bab atau sub-bab dari buku yang akan dipelajari atau bisa juga dengan menggunakan 5WH(What, Why, Where, When, Who dan How); (3) melengkapi setiap BOIs dengan cabang-cabangyang berisi data-data pendukung yang terkait. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting karena pada saat inilah seluruh data-data harus ditempatkan dalam setiap cabang BOIs secara asosiatif dan menggunakan struktur radian yang menjadi ciri yang paling khas dari suatu peta pikiran. Melengkapi setiap cabang dengan imagebaik berupa gambar, simbol, kode, daftar, grafik dan garis penghubung bila ada BOIs yang saling terkait satu dengan lainnya. Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat sebuah peta pikiran menjadi lebih menarik sehingga lebih mudah untuk dimengerti dan diingat (Buzan, 2004).  .
Dalam membuat peta pikiran  Buzan (2004) telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar peta pikiran  dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal, sebagai berikut: (a) kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (landscape); topik sentral diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna. (b) garis: lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat. (c) Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat. (d) Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan gunakan image yang tiga dimensi agar lebih menarik lagi. (e) Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5-6 warna; warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs. (e) Struktur: menggunakan struktur radian dengan topik sentral terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2–7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 13.00. Perhatikan Gambar.
  Ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam model ini, yaitu:  (1)  overview, tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai, bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada pebelajar tentang isi materi yang akan dipelajari. Khusus untuk  pertemuan pertama setiap awal semester, overview dapat diisi dengan kegiatanuntuk membuat master mind mapyang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan difasilitasi selama satu semester yang biasanya sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal pebelajar sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan. (2) preview, tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, pelajar diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah inview. (3) inview,tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, di mana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama inview ini, pelajar diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu pelajar dalam memahami dan menguasai bahan yang difasiltasi. (4) review, tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pertemuan dan berupa ringkasan dari bahan yang telah difasilitasi serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh pelajar. Hal ini akan dapat membantu pebelajar untuk fokus dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang difasilitasi.Review dapat juga dilakukan saat kuliah akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu pebelajar mengingatkan kembali bahan yang telah difasilitasi pada pertemuan sebelumnya (Buzan, 2004).
Peta pikiran merupakan suatu cara memvisualisasi, merekam dan mengorganisasi informasi, dalam rangka  pengembangan ide atau gagasan baru. Penggunaan peta pikiran tidak hanya meningkatkan minat belajar tetapi juga memecahkan masalah, membentuk mental, memperoleh kesenangan, mengarahkan tujuan, menemukan jawaban, meningkatkan proses memori, meningkatkan kreativitas dan keterampilan menganalisis, dengan mengoptimalkan fungsi belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Peta pikiran dapat mengubah informasi menjadi pengetahuan, wawasan dan tindakan. Informasi yang disajikan fokus pada bagian-bagian penting, dan dapat mendorong  orang untuk mengeksplorasi dan mengelaborasinya lebih jauh (Beel, dkk., 2013).
Penggunaan peta pikiran tidak hanya meningkatkan minat belajar tetapi juga memecahkan masalah, membentuk mental, memperoleh kesenangan, mengarahkan tujuan, menemukan jawaban, meningkatkan proses memori, meningkatkan kreativitas dan keterampilan menganalisis, dengan mengoptimalkan fungsi belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Peta pikiran dapat mengubah informasi menjadi pengetahuan, wawasan dan tindakan. Informasi yang disajikan fokus pada bagian-bagian penting, dan dapat mendorong  orang untuk mengeksplorasi dan mengelaborasinya lebih jauh (Buzan, 2004).
Peta pikiran dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan bantuan software. Walaupun tidak ada ketentuan yang baku, tetapi ada beberapa hal yang bisa dijadikan pedoman dalam menyusun peta pikiran, (khususnya untuk petapikiran yang dibuat secara manual)  sebagai berikut: (1) mulai dari tengah untuk menentukan topik sentral (menentukan “pohon”), dibuat dalam kertas kosong bentuk landscape, disertai gambar berwarna; (2) tentukan topik utama (menentukan “cabang”) sebagai bagian penting dari topik sentral; (3) tentukan subtopik sebagai  “ranting” yang diambil dari topik utama; (4) secara kreatif gunakan gambar, simbol, kode, dan dimensi seluruh peta pikiran; (5) sedapat mungkin gunakan kata kunci tunggal  (maksimal 2 kata),  dengan huruf kapital atau huruf kecil; (6) gunakan garis lengkung untuk menghubungkan antara topik sentral dengan topik utama dan subtopik. Untuk stimulasi visual, gunakan warna dan ketebalan yang berbeda untuk masing-masing alur hubungan; (7) kembangkan mind map sesuai gaya si-belajar sendiri; untuk memahami suatu teks, si-belajar terlebih dahulu harus membaca teks tersebut untuk memperoleh gambaran mental (mental image) yang menyeluruh dan bermakna.
Bagi fasilitator, peta pikiran dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran, peta pikiran bisa dimanfaatkan untuk kepentingan menyusun desain pembelajaran, baik yang berkaitan dengan pengembangan bahan ajar maupun pengembangan metode dan penilaian pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran di kelas, fasilitator  dapat memanfaatkan peta pikiran sebagai media pembelajaran atau mengintegrasikannya dengan metode pembelajaran yang digunakan.     Dalam penilaian, fasilitator  dapat memanfaatkan setiap karya mind map si-belajar  sebagai bahan penilaian produk dan bagian dari portofolio si-belajar, untuk melihat sejauhmana si-belajar dapat memahami materi pembelajaran sekaligus mengenal kontruksi berfikir si-belajar.
Peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mewakili kata-kata, ide, tugas, atau item lain yang terhubung ke dan diatur sekitar kata kunci sentral atau ide (Dwiyogo, 2013). Peta pikiran  digunakan untuk menghasilkan,  memvisualisasikan, struktur, dan mengklasifikasikan ide-ide, dan sebagai bantuan untuk mempelajari dan mengatur informasi, memecahkan masalah, membuat keputusan dan menulis. Elemen dari peta pikiran yang diberikan disusun secara intuitif sesuai dengan pentingnya konsep, dan diklasifikasikan ke dalam kelompok, cabang, atau daerah dengan tujuan mewakili koneksi semantik atau lainnya antara bagian informasi.
B. Perkembangan Hewan
a. Gametogenesis dan Fertilisasi
Gametogenesis  merupakan  proses  pembentukan  gamet  yang  terjadi  di  dalam gonade.Proses  tersebut  pada  hewan  jantan  disebut  spermatogenesis  yang  terjadi  di dalam  testis,  sedang  pada  hewan  betina  disebut  oogenesis  yang  terjadi  di  dalam ovarium.  Gametogenesis  merupakan  pembelahan  pemasakan  yaitu  dengan pembelahan meiosis sehingga sel kelamin yang dibentuk bersifat haploid.
Gambaran  struktural  sel  spermatogenik  pada  dinding tubulus seminiferus berturut-turut dan luar ke dalam sebagai berikut:
1. spermatogonium: inti oval — bulat, terpulas kuat-lemah
2. spermatosit primer: inti paling besar
3. spermatosit sekunder: inti lebih kecil, terletak dekat lumen (meiosis I)
4. spermatid: inti memanjang, melekat dekat sel Sertoli (meiosis II)
5. spermatozoa: sel  berekor yang menjulur ke lumen. (Gambar 1)

Spermiogenesis berlangsung melalui 3 tahap yaitu:
1. pembentukan tudung kepala (akrosom) yang berasal dari badan Golgi
2.  pembentukan  keping  tengah  dan  flagela,  yang  berasal  dari  sentriol  dan  bagian  ini letaknya berseberangan dengan letak akrosom terhadap inti.
3.  pemanjangan  inti,  pengurangan  sitoplasma  dan  migrasi  mitokondria  menuju  keping tengah.

Spermatogenesis dirangsang oleh FSH,  sedangkan LH (ICSH) merangsang  sel Leydig (sel  yang  terdapat  diantara  tubulus  seminiferus)  sehingga  menghasilkan  hormon testoteron.
Oogenesis  berlangsung  didalam  ovarium  dan  sel  telur  diselaputi  oleh  sel  folikel sehingga  membentuk  folikel  ovarium.  Berbeda  dengan  sperma,  pembelahan pemasakan  (meiosis)  dan  1  oogonium  hanya  menghasilkanl  sel  telur  (ovum)  sebab selama pembelahan akan terbentuk badan polar (polosit).
Oosit  primer  dari  oogonium  sesudah  meiosis  I  akan  membentuk  1  oosit  sekunder  dan 1  badan  polar.  Bersamaan  dengan  pembelahan  pemasakan  tersebut  juga  terjadi pertumbuhan  folikel  ovarium  sehingga  terbentuk  folikel  primer,  folikel  sekunder,  folikel tertier  sampai  folikel  masak  (folikel  Graaf).  Folikel  Graaf  (stadium  oosit  sekunder) kemudian mengalami ovulasi  sehingga  sel telur keluar dan ovarium menuju ke  oviduct.

Folikel yang ditinggalkan oleh sel telur kemudian akan membentuk corpus luteum yang menghasilkan  hormon  progesteron.  Sel-sel  folikel  selama  dalam  pertumbuhannya dapat  menghasilkan  hormon  estrogen.  Pertumbuhan  dan  perkembangan  folikel dirangsang oleh FSH, sedangkan proses ovulasi dirangsang oleh LH.

Selaput pembungkus telur meliputi:
1. membran primer: dibentuk oleh ooplasma sebagai membran vitelin (oolemma)
2. membran  sekunder:  dibentuk  oleh  sel  folikel  sebagai  zona  pelusida,  corona  radiata, sel granulosa, sel theca.
3.  selaput  tertier:  dibentuk  di  dalam  oviduct  sebagai  lendir  (pada  katak),  khonon  (pada ikan), albumen (pada burung).
4. selaput quarter: dibentuk di dalam uterus sebagai kulit kapur (pada burung), kapsula (pada ikan), khitin (pada seranga).
Sel telur mempunyai sumbu yang  berorientasi pada sumbu animal dan sumbu vegetal, yaitu  sebagai  polus  animalis  (dorsal)  dan  polus  vegetativus  (ventral).  Polus  animalis berisi  ooplasma,  polus  vegetativus  berisi  deutoplasma  (vitelus/yolk).  Vitelus/yolk disintesis  di  dalam  hepar  dan  masuk  ke  dalam  telur  melalui  pembuluh  darah.  Atas dasar keadaan vitelus tersebut, maka sel telur dapat dibagi menjadi
I. Berdasarkan penyebaran vitelus:
   1.  isolesital/homolesital: tersebar merata
   2.  telolesital: tersebar pada salah satu ujung
   3.  sentrolesital: tersebar di bagian tengah
II. Berdasarkanjumlah vitelus:
   1.  oligolesital: vitelus sedikit
   2.  mesolesital: vitelus sedang
   3.  polilesital: vitelus banyak
   4.  megalesital: vitelus lebih banyak (sangat banyak).

Fertilisasi (pembuahan) merupakan proses peleburan (penggabungan) inti sel telur dan inti  sperma.  Fertilisasi  dapat  terjadi  secara  interna  yaitu  yang  terjadi  di  dalam  oviduct (dalam  tubuh  induk)  atau  secara  externa  yaitu  yang  terjadi  di  air  (di  luar  tubuh  induk). Selama  dalam  perjalanannya  di  dalam  saluran  reproduksi  maka  sel  kelamin  akan mengalami pemasakan. Fertilisasi merupakan proses yang bertahap yaitu:
1. Tahap persiapan yaitu proses pemasakan sel kelamin
2. Tahap penempelan yaitu saat menyentuh selaput telur
3. Tahap penetrasi yaitu proses penyusupan sperma ke dalam sel telur. Penetrasi  terjadi  setelah  membran  telur  larut  karena  pengaruh  enzim  hialuronidase yang dikeluarkan oleh akrosom.
4.  Tahap  peleburan/penggabungan  inti  sperma  dan  inti  telur  sehingga  terbentuk  zygot yang diploid (sesuai dengan individu yang mewariskan)
5.  Tahap  awal  perkembangan  yang  merupakan  rangsangan  (triger)  agar  terjadi perkembangan

Fertilisasi  umumnya  bersifat  monospermi  (satu  inti  sperma  yang  membuahi)  agar individu  yang  terbentuk  diploid  dan  selalu  dihindari  agar  tidak  bersifat  polispermi  (lebih dari  satu  inti  sperma  yang membuahi).  Hal  tersebut  disebabkan  oleh  karena  pada  saat fertilisasi  terjadi  aktivasi  granula  cortex  di  dalam  sel  telur  sehingga  permeabilitas membran  telur  berubah.  Perbedaan  permeabilitas  membran  tersebut  menyebabkan sperma  lain  tidak  dapat menembus  sel  telur.  Pada  Vertebrata  setelah  terjadi  fertilisasi, ada  yang  kemudian  meletakkan  telur  di  luar  tubuh  sehingga  telur-telur  tersebut  akan
diinkubasikan.  Hewan  demikian  dikatakan  bersifat  vivipar.  Sedangkan  pada  Vertebrata lain  telur  yang  difertilisasi  akan  berkembang  di  dalam  tubuh  induk  (selama  masa kehamilan)  dan  kemudian  akan  melahirkannya.  Kelompok  hewan  demikian  dikatakan bersifat  vivipar.  Perkembangan  di  dalam  uterus  diawali  dengan  adanya  implantasi (penempelan  pada  dinding  uterus)  sehingga  terjadi  kehamilan.  Setelah  terjadi implantasi, jaringan embrio dan jaringan induk akan membentuk plasenta.
b. Segmentasi dan Balstula 
Pembelahan  zygot  terjadi  secara  mitosis  yang  berlangsung  sangat  cepat  tidak  terjadi pertumbuhan  mulai  dari  sel  tunggal  menjadi  masa  sel  yang  padat  disebut  morula, Masing-masing  sel  dari  pembelahan  awal  tersebut  dikenal  sebagai  blastomer, Pembelahan terjadi melalui bidang-bidang pembelahan yaitu :
1.  Bidang meridional  :  bidang  tegak  melalui  polus  animalis  (PA)  dan  polus vegetativus (PV)
2.  Bidang ekutorial  : bidang datar diantara PA dan PV
3.  Bidang sagital   : bidang yang membagi bagian kanan dan bagian kiri
4.  Bidang latitudinal  :  bidang  datar  yang  terletak  diantara  bidang  ekuatorial dengan PA dan PV
5.  Bidang transversal  : bidang tegak lurus bidang ekuatorial

Pembelahan  awal  (I)  dan  II  melalui  bidang  meridional,  sedang  pembelahan  III  melalui bidang ekuatorial.
Jenis-jenis pembelahan:
1. Holoblastik:   pembelahan  terjadi  pada  semua  bagian  yang  biasanya  terjadi  pada telur  yang  isolesital  atau  telolesital  sedang  contoh  pada  Amphioxus, Amphibia.  Holoblastik  ada  yang  radial  (sea  urchin),  bilateral (Amphibia), spiral (molusca) rotational (mamal)
2. Meroblastik:  pembelahan  terjadi  hanya  pada  bioplasma  (daerah  animalis),  bagian
deutoplasma  tidak  membelah  meroblastik  ada  2  macam  yaitu meroblastik  discordal  (pada  burung,  reptil)  dan  superfisial  (pada serangga).  Pembelahan  ini  umumnya  terjadi  pada  telur  yang
sentrolesital dan telolesital berat (Gambar 1. dan Gambar 2.)
Setelah  terjadi  pembelahan  yang  cepat  sampai  terbentuk  morula  yang  padat,  maka pembelahan  selanjutnya  akan  membentuk  rongga  disebut  blastocoel.  Dinding  rongga tersebut  terdiri  sel-sel  (blastomer)  yaitu  sebagai  sel  formatif  pembentuk  badan  embrio dan  sel  auxilary  pembentuk  selaput  embrio.  Blastomer  di  daerah  animal  lebih  kecil (mikromer)  dan  pada  di  daerah  vegetal  (makromer).  Berdasarkan  bentuknya  blastula ada  yang  bulat  (blastosphere),  pipih/cakram  (discoblastula)  dan  gelembung (blastocyst).  Sedangkan  atas  dasar  strukturnya  maka  terdapat  blastula  berongga (coeloblastula),  blastula  masif  (stereoblastula),  blastula  dengan  lapisan  sel (blastoderm).

Beberapa contoh:
1. Pada ikan:  pembelahan  terjadi  secara  holoblastik,  meskipun  pada  daerah  vegetal lebih  lambat.  Blastema  pada  polus  vegetativus  relatif  lebih  besar  sebabyolk  lebih  banyak,  sedang  pada  polus  animalis  lebih  kecil  dan membentuk  blastoderm.  Blastula  bertipe  discoblastula  dengan  rongga
yang  relatif  sempit.  Blastoderm  ada  yang  membentuk  blastodisc.
Periblast  merupakan  kelompok  sel  yang  membentuk  lapisan  sinsitial yang  menyelubungi  yolk  yang  tidak  ikut  membelah.  Periblast  berfungsi membantu memobilisasi yolk untuk pertumbuhan embrio.
2.  Pada  Amphibia:  pembelahan  terjadi  secara  holoblatik,  blatomer  pada  polus  animalis membelah  lebih  cepat  dari  pada  polus  vegetativus  karena  yolk  lebih banyak  pada  polus  vegetativus.  Blastocoel  letak  eksentrik  (mendekati polus animalis). Di daerah ekuatorial blatomer membentuk “germ ring”.
3.  Pada  Reptil  dan  Ayes:  pembelahan  terjadi  secara meroblastik  discordal  karena  yolk lebih banyak. Blastoderm (disebut juga blastodisc) terpisah dengan yolk.  Blastoderm  terpisah  dari  yolk  oleh  rongga  subgerminal.  Blastula  bertipe discoblastula,  dengan  rongga  pipih.  Blastomer  pada  bagian  dorsal
blastocoel  disebut  epiblast,  pada  bagian  lateral  disebut  periblast  dan pada bagian ventral disebut hypoblast.
4. Pada Mamal: stadium blastula pada mamal disebut blastocyst, dengan rongga bulat. Blastoderm  akan  membentuk  “inner  cell  mass”  (1CM)  yang  kemudian akan  menjadi  embrio  dan  diluar  yolk  akan  membentuk  tropoblast  yang akan  menjadi  selaput  extraembrional  (membran  choriovitelus  dan
chorioalantois). (Gambar 3.) Pada  akhir  stadium  blastula,  daerah-daerah  tertentu  akan  menjadi  calon  pembentuk organ  tertentu  (dikenal  sebagai  peta  nasib).  Pada  blastula  katak  daerah-daerah
tersebut ialah:
- epidermal sebagai calon kulit
- neuroektodermal sebagai calon sistem saraf
- lamina prechordalis sebagai calon kepala
- chorda mesoderm sebagai calon chorda dorsalis
- mesodermal sebagai calon somit
- endodermal sebagai calon sistem pencemaan
- germinal sebagai calon gonade.

Pada  daerah-daerah  tersebut  diatas  mempunyai  potensi  untuk  membentuk
jaringan/organ. (Gambar 4.)
c. Gastrula, Neurulasi dan Selaput Embrio
Gastrulasi  merupakan  stadium  perkembangan  yang  sel-selnya  membentuk  lapisan lembaga  (germ  layer)  yang  terdapat  di  seki tar  tubulus  endodermal  (usus  primitif). Ruang  tertutup  di  dalam  usus  primitif  tersebut  dikenal  dengan  gastrocoel  atau archenteron.  Neurulasi  merupakan  proses  pembentukan  tubulus  ektodermal  (canalis neuralis). Di dalam tubulus ini terdapat ruangan yang disebut neurocoel. Gastrulasi dan neurulasi  sebagian  besar  merupakan  proses  penyusunan  kembali  sel-sel  blastula  di dalam  embrio.  Selama  proses  tersebut,  3  lapisan  lembaga  akan  terbentuk  yang merupakan ciri khas primi tif dan mesoderm terdapat diantara 2 lapisan tersebut. Selain gastrula  mempunyai  3  lapisan  (triploblastik)  tersebut  yang  umumnya  pada  Vertebrata, juga terdapat gastrula dengan 2 lapisan (diploblastik) yang terdapat pada sea urchin. Pada  pembelahan  ditandai  dengan  pembelahan  sel,  dan  pada  gastrulasi  ditandai dengan  penyusunan  kembali  seluruh  sel  yaitu  dengan  terjadi  gerakan  sel  (gerakan morfogenesis).  Gerakan  sel  dapat  berlangsung  dipermukaan  embrio  (epiboli)  dan dapat  pula  berlangsung  di  dalam  embrio  (emboli).  Epiboli  meliputi  ektensi  (melebar) dan  elongasi  (memanjang).  Sedang  emboli  meliputi;  invaginasi  (melekuk),  evaginasi (menonjol), involusi (melekuk dan memutar), ingresi (muncul dan lapisan), convergensi (menyempit), divergensi (melebar), delaminasi (tergeser dan sekitamya) dan intercalasi (terdesak). (Gambar 1 . dan Gambar 2.)

Gerakan  sel  kearah  dalam  diawali  oleh  sel  permukaan  yaitu  ektoderm.  Pada permukaan,  ektoderm  menebal  menjadi  lempeng  neural  yang  memanjang  pada  sisi dorsal sumbu anterior posterior embrio. Pada bagian tepi lempeng neural akan tumbuh ke  dorsal  membentuk  lipatan  neural.  Lempeng  neural  akan  bertemu  dan  bergabung pada  bagian  dorsal  membentuk  canalis  neuralis  yang  menyelubungi  neurocoel. Canalis  neuralis  akan  terdiferensiasi  membentuk  encephalon  dan  medulla  spinalis.
Selama  lipatan  neural  bergabung,  beberapa  sel  pada  lipatan  ektoderm  memisahkan diri  membentuk  kelompok  sel  disebut  neural  crest.  Endoderm  merupakan  derivat  sel-sel  yang  bergerak  masuk  dan  permukaan  luar  blastula.  Endoderm  yang  pertama  kali terbentuk  membentuk  dinding  usus  yang  yang  terbentang  dari  anterior  sampai posterior  embrio.  Mesoderm  juga  merupakan  derivat  dan  sel-sel  yang  bergerak  dari permukaan  luar  blastula.  Proliferasi  sel-sel  mesodermal  akan  menyebar  masuk jaringan di dalam tubuh diantara ektoderm luar dan endoderm dalam. (Gambar 3.)

Selaput  extraembrional  berasal  dari  tropoblast.  Selaput  extraembrional  meliputi kantong  yolk,  amnion,  khorion  dan  allantois.  Amnion,  khorion  dan  allantois  dijumpai hanya  pada  reptil,  ayes  dan  mamal.  Kantong  yolk  kebanyakan  pada  yang  masih primitif.  Kantong  yolk  mengitari  yolk,  kemudian  kosong  menjadi  usus  tengah  dan dilapisi  oleh  endoderm.  Kantong  yolk  kaya  vascularisasi  melalui  arteria  vitelina  dan vena  vitelina.  Tetes-tetes  yolk  di  dalam  kantong  selalu  dicerna  oleh  enzim  yang
disekresi  oleh  lapisan  pada  kantong  yolk  dan  dibawa  ke  embno  melalui  vena  vitelina.
Kantong yolk mengecil seiring dengan pertumbuhan embrio. (Gambar 4.)
Pada  embrio  reptil,  ayes  dan  mamal  berkembang  2  selaput  yaitu  amnion  dan  khorion.
Kedua  selaput  tersebut  dibentuk  pada  saat  pelipatan  ke  dorsal  dari  somatopleura  dan kemudian akan saling bertemu membentuk amnion yang mengelilingi embnio. Khonion dibentuk  dari  pertumbuhan  somatopleura  yang  mengelilingi  amnion  dan  kantong  yolk. Di  dalam  amnion  berisi  cairan  amnion  yang  mengandung  air  metabolik  dari  jaringan embrio. (Gambar 5.)
Allantois  merupakan  suatu  kantong  extraembrional  yang  berkembang  dari  proses evaginasi  bagian  ventral  cloaca.  Perkembangan  berikutnya  akan  menempel  pada permukaan  dalam  khorion  membentuk  selaput  khorioalantois.  Pada  mamal  selaput khorioallantois menempel langsung pada dinding uterus sehingga membentuk plasenta khorioallantois;  yang  berfungsi  untuk  membawa  nutrisi  dari  induk  ke  embrio  dan membawa  sisa  matabolisme  dari  embrio  ke  induk.  Pada  amniota,  sebagian  besar
allantois  yang  berbatasan  langsung  dengan  bagian  proximal  cloaca  akan  menjadi vesica urinaria, sedang dengan bagian distal membentuk urachus.  Plasenta  merupakan  organ  pada  hewan  vivipar  dimana  jaringan  induk  dan  jaringan embrio  berkaitan  sangat  erat  dan  saling  mengalirkan  diantara  induk  dengan  embrio.

Plasenta terdiri:
1.  selaput extraembrional (kantong yolk, selaput khoriovetelina, selaput khorioallantois atau khorion).
2.  berkaitan erat dengan dinding uterus induk yang kaya vascularisasi.

Pada marsupialia, dan kebanyakan ungulata, selaput extraembrional tidak melekat erat dengan  dinding  uterus  sehingga  pada  waktu  kelahiran  mudah  lepas,  keadaan  ini dikenal  dengan  plasenta  nondesiduata.  Sedangkan  plasenta  desiduata,  jika  villi khorion  melekat  erat  dan  terinvasi  ke  dalam  jaringan  uterus  sehingga  pada  saat kelahiran  terjadi  pendarahan.  Atas  dasar  penyebaran  villi  khorion  pada  permukaan kantong  khorion  maka  ada  beberapa  macam  plasenta  antara  lain:  plasenta
kotiledonaria  (villi  terkumpul  sebagai  bercak-bercak)  pada  kuda  &  sapi,  plasenta zonaria  (villi  berbentuk  seperti  sabuk)  pada  kucing  &  anjing,  plasenta  diskoidal  (villi berbentuk  seperti  cakram)  pada  beruang  &  manusia,  plasenta  difusa  (villi  tersebar merata) pada babi. (Gambar 6.)
C. Cara meningkatkan motivasi mahasiswa pada mata kuliah perkembangan hewan
1.Inget Amanah Dari Orang Tua
Sebaiknya yang pertama dilakukan adalah inget orang tua. Amanah dari orang tua adalah yang pertama yaitu “kuliah”. Bukan pacaran, bukan oranisasi, bukan asisten, dan bukan kerja, dan bukan yang lain. Kalau kita bisa merasakan bagaimana orang tua mencari biaya kuliah pasti hati anak manusia mana yang tidak tersentuh. Banyak hal yang tidak diketahui anak-anak mahasiswa tentang finansial yang diterimanya dari orang tua.Tidak sedikit pengorbanan yang diberikan orang tua agar anaknya bisa kuliah.
2. Perbanyak Ibadah
Perbanyak ibadah agar selalu dekat dengan Allah SWT. Percayalah hanya Dia maha pemberi petunjuk bagi makhluk-Nya yang sedang dilanda masalah. Allah tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan makhluknya. Memperbanyak ibadah ini bisa dilakukan dengan cara perbanyak dzikir, sholat sunah, baca al-Quran.
3.Cari Saingan
Mencari saingan ini berarti mengadu kemampuan kita dengan kemampuan seseorang agar kita mempunyai motivasi yang mendorong kita lebih giat belajar. Sehingga dari hal itu kita mau tidak mau berusaha keras agar kita mengungguli hasil yang didapat si X. Namun dalam batas yang wajar atau sportif.
4.Baca Buku-Buku Motivasi
Hal berikutnya yang dapat memotivasi didalam kuliah adalah membaca buku-buku motivasi. Dalam membaca buku motivasi target yang harus diraih adalah “agar kita mendapat motivasi”, hanya itu. Kita tidak perlu mentargetkan haru membaca minimal 50 lembar perhari hanya untuk membaca tapi kita tidak tau inti yang kita baca karena terlalu banyak yang harus dipahami di kepala kita. Tidak perlu seperti itu. Sekali lagi tujuannya adalah “agar kita mendapat motivasi”, titik. Kalupun kita hanya membaca beberapa lembar saja dan kita sudah termovisi ya sudah itu adalah tujuan utama. Silahkan jikalau mau diteruskan atau tidak yang penting target atau kita sudah tercapai.
5.Buat Jadwal Belajar
Buat jadwal belajar secara spesifik dengan toleransi waktu sesuai kebutuhan. Seumpama anda adalah seorang mahasiswa jadwalkan aktifitas anda selama seminggu.
6. Baca Buku Pedoman Akademis
Bila anda membuka buku pedoman akademis disitu terdapat mata kuliah dan jumlah SKS yang harus ditempuh baik persemester maupun selama kuliah. Disana anda dapat mengira-ira berapa SKS yang harus diambil pada semester depan, depan, dan depannya lagi. Perlu strategi untuk memikirkan kedepan nasib kuliah anda. Maka dari itu memikirkan hal yang akan terjadi selama anda kuliah perlu dipikirkan sejak dini. Karena ini menyangkut masa depan anda.

Daftar pustaka
Angin, Riyan.( 30 juli 2017) . Model pembelajaran berbasis peta pikiran. Diperoleh dari https://www.inspirasi.co/siprianusangin/33349_model-pembelajaran-berbasis-peta-pikiran

(Rabu, 27 Mei 2013). Perkembangan Hewan. Diperoleh dari https://biolog-indonesia.blogspot.co.id/2013/05/perkembangan-hewan.html

Tri, Andy. (31 mei 2009). Meningkatkan motivasi kuliah. Diperoleh dari https://andytri.wordpress.com/2009/05/31/cara-meningkatkan-motivasi-kuliah-part-1/

MAKALAH STRUKTUR HEWAN



MAKALAH
STRUKTUR HEWAN TENTANG
TIKUS WISTAR





DISUSUN OLEH
NAMA: Rodiyatul fili
NPM: 1503004
Prodi: Pendidikan Biologi




Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan
Tunas Palapa
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah  ini. Dan juga saya berterima kasih pada Ibu Hesti Wahyuningsih S.Pd, M.Pd  selaku Dosen mata kuliah struktur hewan yang telah memberikan tugas ini.
saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah saya  buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................
Kata pengantar..........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
Pendahuluan............................................................................................
A.   Latar Belakang................................................................................
B.   Rumusan masalah...........................................................................
C.   Tujuan ...........................................................................................
Pembahasan.............................................................................................
D.   Klasifikasi Tikus wistar...................................................................
E.    Cara perkembangbiakkan tikus wistar.............................................
F.    Tempat tinggal dan makanan tikus wistar........................................
G.   Peranan tikus wistar dalam penelitian............................................
H.   Fungsi iodium dan selenium.........................................................
Penutup....................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................




PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pangamatan laboratorik. Tikus termasuk hewan mamalia, oleh sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda dibanding dengan mamalia lainnya (Smith and Mangkoewidjojo, 1988). Tikus merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan dalam penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obat-obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku (Malole dan Pramono, 1989).
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk membahas tentang tikus wistar, agar semua pembaca tahu apa itu tikus wistar.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa itu tikus Wistar?
2.      Bagaimana bagian-bagian tubuh tikus Wistar ?
3.      Bagaimana cara perkembangbiakkan tikus Wistar?
4.      Dimana tempat tinggal dan apa saja makanan tikus Wistar?
5.      Apa saja peranan tikus Wistar dalam penelitian?
6.      Apa saja Fungsi Iodium dan Selenium?


C.    Tujuan
1.      Mengetahui apa itu tikus Wistar
2.      Mengetahui bagian-bagian tubuh tikus Wistar
3.      Mengetahui cara perkembangbiakkan tikus Wistar
4.      Mengetahui dimana tempat tinggal dan apa saja makanan tikus Wistar
5.      Mengetahui peranan tikus Wistar dalam penelitian
6.      Mengetahui Fungsi Iodium dan Selenium

PEMBAHASAN
A.   Klasifikasi Tikus wistar
Menurut Robinson (1979), taksonomi tikus laboratorium adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animal
Filum                : Chordata
Subfilum         : Vertebrata (Craniata)
Kelas                : Mamalia
Subkelas          : Theria
Infrakelas        : Eutharia
Ordo                : Rodentia
Subordo          : Myomorpha
Superfamili       : Muroidea
Famili              : Muridae
Subfamili         : Murinae
Genus              : Rattus
Spesies             : Rattus sp.

B.   Cara perkembangbiakkan tikus wistar
Tikus adalah hewan Mamalia, artinya ia menyusui anaknya dan berkembang biak dengan cara melahirkan atau Vivipar. Tikus mulai melakukan reproduksi atau kembang biak pada usia 2 sampai dengan 3 bulan masa hidupnya.  Tikus betina mengalami masa kehamilan selama 19 sampai dengan 21 hari. 

Seekor Tikus betina bisa melahirkan 5 sampai dengan 10 ekor bayi Tikus setiap melahirkan,  Dalam setahun ia bisa melahirkan 5 sampai dengan 10 kali. Menariknya, Tikus juga akan kawin lagi setelah 48 jam pasca melahirkan. Dengan perbandingan ini, sepasang Tikus bisa menghasilkan keturunan sebanyak 10.000 hingga 15.000 ekor Tikus baru dalam setahun.

C.   Tempat tinggal dan makanan tikus wistar
Kebutuhan pakan bagi seekor tikus setiap harinya kurang lebih sebanyak 10% dari bobot tubuhnya jika pakan tersebut berupa pakan kering dan dapat ditingkatkan sampai 15% dari bobot tubuhnya jika pakan yang dikonsumsi berupa pakan basah. Kebutuhan minum seekor tikus setiap hari kira-kira 15-30 ml air. Jumlah ini dapat berkurang jika pakan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung air (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Rata-rata pemberian pakan harian untuk tikus Sprague- Dawley selama periode pertumbuhan dan reproduksi mendekati 15-20 g untuk jantan dan 10-15 g untuk betina (National Research Council, 1978).
Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa pada kondisi dimana pakan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas maka tikus dapat mengurangi konsumsi energinya, tetapi jika nafsu makan berlebih, tikus dapat meningkatkan penggantian energi. Adapun kriteria yang umum digunakan dalam memperkirakan kecukupan nutrisi makanan antara lain pertumbuhan, reproduksi, pola tingkah laku, kesediaan nutrisi, aktivitas enzim, histologi jaringan dan kandungan asam amino serta protein dalam jaringan (National Research Council, 1978).
Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami dan mudah
diperoleh dari sumber daya komersial. Namun demikian, pakan yang diberikan pada
tikus sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi yang tepat. Pakan ideal untuk
tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat makanan antara lain protein
12%, lemak 5%, dan serat kasar kira-kira 5%, harus cukup mengandung vitamin A,
vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin,
piridoksin dan kolin serta mineral-mineral tertentu (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
Menurut McDonald (1980), protein pakan yang diberikan pada tikus harus
mengandung asam amino essensial yaitu : Arginin, Histidin, Isoleusin, Leusin,
Methionin, Fenilalanin, Treonin, Tryptofan, dan Valine. Selain nutrisi, hal lain yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan tikus putih sebagai hewan percobaan adalah
perkandangan yang baik. Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan tikus biasanya
berupa kotak yang terbuat dari metal atau plastik. Tutup untuk kandang berupa kawat
dengan ukuran lubang 1,6 cm2. Alas kandang terbuat dari guntingan kertas, serutan
kayu, serbuk gergaji atau tongkol jagung yang harus bersih, tidak beracun, tidak
menyebabkab alergi dan kering. Temeperatur ideal kandang yaitu 18-27oC atau rata
rata 22oC dan kelembaban realtif 40-70% (Malole dan Pramono, 1989).


D.   Peranan tikus wistar dalam penelitian
Keunggulan tikus putih dibandingkan tikus liar antara lain:
1.Lebih cepat dewasa.
2.Tidak memperlihatkan perkawinan musiman.
3.Umumnya lebih cepat berkembang biak.
4. Kelebihan lainnya sebagai hewan laboratorium adalah sangat mudah ditangani, dapat ditinggal sendirian dalam kandang asal dapat mendengar.
5. Harga tikus wistar lebih relatif murah di bandingkan kelinci, kucing ataupun kera.

E.   Fungsi iodium dan selenium
fungsi iodium yaitu sebagai iodida, diperlukan untuk sintesis hormon tiroid, yang meregulasi perkembangan dan metabolisme. (Mary E. Barasi, 2007 ).

fungsi selenium yaitu komponen glutation peroksidase, suatu antioksidan penting dalam tubuh dan defisiensi saat ini telah dihubungkan dengan kardiomiopati yang kasus beratnya terkait dengan nekrosis multipel di seluruh otot jantung akan tetapi, kasus ini jarang terjadi(Mary E. Barasi, 2007).
berperan dalam fungsi sistem imun, merupakan kofaktor diodinasi yang mengubah hormone T4 menjadi hormone T3 dan juga mengubah T3 menjadi T2. Melindungi membran sel yang terbuat dari lemak untuk mencegah terjadinya peroksidasi.( Stipanuk MH, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Karliana, Deantari. (2 Maret 2017). Tikus Wistar. Diperoleh dari
(9 desember 2013). Tikus Putih. Di peroleh dari  http://rattusnovergicus.blogspot.co.id/
Praditha, Alfi. Fungsi iodium dan selenium. Diperoleh dari  http://www.academia.edu/33176556/Iodium_and_selenium